Warga Tionghoa Berupaya Ungkap Tragedi 1998
Lensaremaja.com – Warga Tionghoa yang berada di Indonesi berkumpul untuk menguak misteri terjadinyaa tragedi pada tahun 1998. Mereka menggelar dialog publik sebagai upaya untuk mengungkap fakta sebenarnya mengenai kejadian kekerasan rasial dan seksual yang dialami warga Tionghoa kala kerusuhan Mei 1998 itu.
Perempuan etnis Tionghoa kala itu menjadi sasaran utama aksi pemerkosaan. Menurut aktivis perempuan Andy Yentriyani, pelaku memilih dulu calon korban sebelum beraksi. Sembari berkeliling di jalanan, bus, hingga pertokoan, mereka mencari perempuan Tionghoa dan membiarkan pribumi.
Dialog atas tragedi yang menimpa warga Tionghoa tersebut akan di gelar di Skretariat Indonesia Tionghoa, dialog itu akan diinisiasi oleh Generasi Muda Tionghoa DKI Jakarta ytang bekerjasama dengan Fakultas Seni Rupa dan Desain Universitas Tarumanegara, Komisi Nasional Anti Kekerasan terhadap Perempuan, komunitas korban Tragedi Mei 1998, dan berbagai lembaga swadaya masyarakat.
Sepanjang tahun Mei lalu 1998, banyak terjadi kerusuhan diantara nya pada 12 Mei empat orang mahasiswa Universitas Trisakti telah gugur tertembak peluru pada bagian tubuh yang mematikan saat itu para mahasiswa Trisakti menuntut mundurnya Presiden Soehartodi kampus mereka.Pada kemudian hari para mahasiswa yang gugur itu di anugerahi sebagai pahlawan reformasi. Dan pada tahun 1998 juga banyak warga sipil jadi korban kerusuhan di ibu kota.
Kala itu kekacaun terjadi sangat anarkis, berbagai pertokoan dan pusat perbelanjaan menjadi sasaran pembakaran, termasuk Yogya Plaza Klender yang saat ini bernama Mal Citra Klender. Dengan adanya kejadian seperti itu akibatnya para pengunjung mal terperangkap dan terpanggang di dalam mal. Sebagian jasad yang telah terpanggang wajah nya tidak dapat di kenali sehingga jasad tersebut di makamkan secara massal di Taman Pemakaman Umum Pondok Ranggon.
Pada kejadian tersebut pemerkosaan pun juga terjadi , pemerkosaan oleh lelaki terjadi di sana-sini. Tercatat ada sekitar 85 orang menjadi korban pemerkosaan.
Tapi jumlah itu belum mencerminkan angka yang sesungguhnya, Sekitar ada 152 orang yang menjadi korban pemerkosaan, 20 orang lainnya meninggal dunia itu terjadi sepanjang bulan Mei 1998.
Terkait Tragedi Mei 1998 tersebut, Dialog Indonesia Tionghoa akan membahas peristiwa itu dari tiga sudut pandang utama, yakni perempuan dan negara, Tionghoa dan nasionalisme, serta peran media dalam meliput isu perempuan.
Acara ini, menurut komunitas Tionghoa, digelar sebagai penghormatan bagi para korban Tragedi Mei 1998, dan sebagai bentuk imbauan kepada pemerintah agar tak melupakan peristiwa kelam itu, dan berupaya keras menyingkap kebenaran di baliknya.
Dalam dialog, Mariana akan hadir bersama Lie A Dharmawan, relawan dan aktivis 1998 serta pendiri organisasi kemanusiaan nirlaba doctorSHARE. Lie juga merupakan dokter yang sempat menangani para korban pemerkosaan Mei 1998.
Mariana juga berharap agar pemerintahan Indonesia dapat memulihkan psikologis dan merehabilitasi korban yang selama ini masih hidup dalam bayang-bayang tragedi Mei 1998.
Baca Juga : Warga Bondong Bondong Datangi Air Panas Misterius Di Bogor, Ada Apa Gerangan ?