Lensaremaja.com – Pertemuan Rangga dan Cinta kembali setelah 12 tahun tidak bertemu, memang menjadi pemandangan yang sangat mengharukan. Terlebih lagi bagi pecinta drama tersebut. Nah mumpung masih dalam suasana Hebohnya Mini Drama Ada Apa Dengan Cinta, tidak ada salahnya kita flash back dan bernostalgia dengan masa lalu. Pada tahun 2002, ketika sepasang pemuda bernama Rangga dan Cinta masih sama – sama dalam balutan seragam putih abu – abu, Rangga dengan sikap cuek dan cool nya, sedangkan Cinta yang dipenuhi keceriaan bersama sahabat-sahabatnya dan sikap keingintahuannya terhadap Rangga.
12 tahun silam, dimana puisi menjadi penyebab pertemuan mereka. Dalam sebuah lomba puisi yang diadakan di sekolah dan membuat sejarah dalam perjalanan kehidupan mereka. Sebuah peristiwa yang menjadi kisah baru yang diawali dari pertengkaran, hingga pada satu titik perasaan itu mulai hadir, yang bernama cintaa..
Masih ingatkah kalian dengan kata-kata berikut ini:
“Pecahkan saja gelasnya biar ramai..
Biar mengaduh sampai gaduh..”
Sepenggal puisi karya Rako Prijanto tersebut tampaknya sudah amat melekat dalam ingatan kita. Setiap kali ingat akan puisi tersebut, pasti yang terpikir dalam benak kita adalah film Ada Apa Dengan Cinta. Begitupun sebaliknya.
Bagi para penggemar film AADC, puisi memang memiliki peran dan daya pikat yang sangat tinggi. Dimana puisi dalam film tersebut mampu membuat siapapun yang mendengarnya ikut terhanyut dan terbawa suasana pada setiap untaian kata. Makna yang tersirat menimbulkan persepsi yang dalam. Tak heran jika puisi sangat melekat pada film Ada – Apa Dengan Cinta, bahkan hingga saat ini.
Dan berikut ini adalah puisi-puisi dari film Ada Apa Dengan Cinta 2002. Puisi karya Rako Prijanto:
Puisi 1
Puisi ini menjadi puisi yang dibuat oleh Cinta untuk mengikuti lomba puisi di SMAnya:
Ketika tunas ini tumbuh
Serupa tubuh yang mengakar
Setiap nafas yang terhembus adalah kata
Angan, debur dan emosi
Bersatu dalam jubah terpautan
Tangan kita terikat
Lidah kita menyatu
Maka apa terucap adalah sabda pendita ratu
Ahh.. diluar itu pasir
diluar itu debu
Hanya angin meniup saja
Lalu terbang hilang tak ada
Tapi kita tetap menari
Menari cuma kita yg tau
Jiwa ini tandu maka duduk saja
Maka akan kita bawa
Semua
Karena..
Kita..
Adalah..
SATU
Puisi 2
Inilah puisi yang menurut film AADC merupakan puisi karya Rangga yang ia kirimkan di lomba puisi . Puisi ini berhasil mengalahkan puisinya Cinta, dan mendapatkan Juara 1 lomba puisi. Puisi ini juga menjadi puisi paling fenomenal dan mascot dari AADC:
Kulari ke hutan kemudian menyanyiku
Kulari ke pantai kemudian teriakku
Sepi…
sepi dan sendiri aku benci
Ingin bingar aku mau dipasar
Bosan aku dengan penat
Enyah saja engkau pekat
Seperti berjelaga jika kusendiri
Pecahkan saja gelasnya biar ramai
Biar mengaduh sampai gaduh
Ada malaikat menyulam jaring
laba-laba belang ditembok keraton putih
Kenapa tak goyangkan saja loncengnya biar terdera
Atau aku harus lari ke hutan belok ke pantai
Puisi 3
Dan inilah yang menjadi puisi perpisahan sebelum Rangga pergi ke NY dan meninggalkan Cinta. Sekaligus menjadi janji Rangga untuk bertemu Cinta kembali.
Perempuan datang atas nama cinta
Bunda pergi karena cinta
Digenangi air racun jingga adalah wajahmu
Seperti bulan lelap tidur dihatimu
Yang berdinding kelam dan kedinginan
Ada apa dengannya
Meninggalkan hati untuk dicaci
Baru sekali ini aku melihat karya surga
dalam mata seorang hawa
Ada apa dengan cinta
Tapi aku pasti akan kembali
Dalam satu purnama
Untuk mempertanyakan kembali cintanya
Bukan untuknya
Bukan untuk siapa
Tapi untukku
Karena aku ingin kamu
Itu saja
Janji Rangga terhadap Cinta akhirnya benar-benar terpenuhi. Pada tahun 2014 Rangga datang kembali ke Jakarta dan bertemu dengan Cinta. Ya, tepat 12 tahun kemudian. Dan pertemuan tersebut dapat kita saksikan dalam Mini Drama Ada Apa Dengan Cinta di youtube.
Incoming search terms:
- puisi bernostalgia
Tags: #ada apa dengan cinta #puisi
Related Post "Bernostalgia Pada Puisi Ada Apa Dengan Cinta 2002"